Gamelan Replika Surga – Sari Oneng !!

Gamelan Replika Surga Sari Oneng !!

Jelas nama ini pasti baru didengar bagi kebanyakan kita, ada nuansa masa lalu saat menyebutkannya, tepat ! Sari Oneng memang dari masa lalu, Ia nama gamelan milik Holle bersaudara (Karel Frederick Holle dan Adriaan Walraven Holle).

Bagi Pemerintah Kolonial Belanda, gamelan asal Parakan Salak, Sukabumi tersebut lebih dari sekadar alat musik tradisional Sunda. Tapi punya peran level dunia yakni menyukseskan promosi teh, kopi, rempah, dan cokelat ke berbagai negara di berbagai perhelatan internasional.

Gamelan Replika Surga Sari Oneng !!

Gamelan Sari Oneng Parakan Salak dibuat tahun 1825. Rangka (ancak) gamelan buatan Muangthai ini berbahan kayu besi didominasi warna biru dan hijau. Kepala harimau China digambar di Saron dan Naga pada gantungan gong. Total ada 19 jenis alat musik inti Sari Oneng. Logam sumber suara diyakini dibuat di Sumedang, daerah para pandai besi terkenal zaman itu. (Sumber: Gunawan Soeriadanoeningrat, Pengurus Museum Geusan Ulun, Sumedang).

Mendunianya Gamelan khususnya di Eropa dan Amerika juga atas peran Karel Frederick Holle dan Adriaan Walraven Holle, keduanya hijrah bersama orangtuanya ke Hindia Belanda dan tinggal di perkebunan teh Parakan Salak, Sukabumi, tahun 1843.

Karel Holle dan Adriaan Holle berperan penting mempromosikan seni dan budaya Sunda saat itu. Keduanya mahir dan kesohor memainkan dan mempromosikan gamelan. Salah satu foto dalam Album van Mientje tahun 1860 memperlihatkan Adriaan menggunakan busana tradisional Sunda memainkan rebab bersama Kelompok Gamelan Perkebunan Teh Parakan Salak.

Gamelan Replika Surga Sari Oneng !!

Promosi dan Replika Surga

Guru Besar Sejarah Universitas Padjadjaran Nina Herlina Lubis mengatakan, Karel Holle dan Adriaan Holle bahkan memiliki beberapa perangkat gamelan berkualitas. Gamelan itu kerap dipinjam Pemerintah Kolonial Belanda guna mempromosikan teh dan kopi. Lewat gamelan, Parakan Salak—dulu dikenal sebagai ”Paradijs Herschapen” atau REPLIKA SURGA karena keindahan alamnya, hingga kini alam Parakan salak memang indah, tak salah rupanya istilah Replika Surga disematkan ke Wilayah Hijau berbukit berhawa sejuk itu.

Peresmian Menara Eiffel

Dalam ajang perayaan 100 tahun revolusi Perancis dan peresmian menara Eiffel. Dikenal Exposition Universelle di Paris, Perancis tahun 1889, ada satu stan yang menarik minat pengunjung, “Kampong” namanya, di sana pengunjung dimanjakan dengan replika eksotis permukiman ala Jawa dan Sunda, pembuat batik, serta perajin senjata tradisional. Hal ini tertuang dalam buku Colonial Spectacles The Netherlands and The Dutch East Indies at the World Exhibitions 1880-1931, yang ditulis Marieke Bloembergen.

Namun, primadonanya ada di gedung kesenian berkapasitas 1.000 orang. Puluhan pemusik dan belasan penari ronggeng Sunda serta Mangkunegara Solo beraksi diiringi Sari Oneng. Komposer, pelukis, hingga perupa dari berbagai negara sangat antusias menikmati suguhan itu.

Karel van der Hutch dalam tulisan berjudul ”De Gamelans van Parakan Salak” di majalah Indonesie Naderbij menggambarkan komposer Claude Debussy berjam-jam mendengarkan alunan Sari Oneng. Beberapa karyanya yang kemudian diduga terinspirasi Sari Oneng antara lain Danses pour Harpa, Danses Sacree et Danse Profane, Pagodes, dan Prelude a l’apres Midi d’un Faune.

Gamelan Replika Surga Sari Oneng !!

Kembali ke Indonesia

Pengamat budaya tani tradisional dan teh Parahyangan, Kuswandi Md, mengatakan, ada sekitar 14.000 gamelan hingga 1940-an. Namun, hanya empat gamelan asal Parakan Salak yang pernah jadi duta Hindia Belanda mempromosikan teh, rempah-rempah, cokelat dan kopi. Satu unit gamelan tampil di Belanda tahun 1883, dua unit di Perancis tahun 1889 (salah satunya Sari Oneng) dan satu unit lainnya di Amerika Serikat tahun 1893. Namun, hanya Sari Oneng yang kembali ke Tanah Air. Tiga lainnya diduga disimpan di negara tempat pameran dilangsungkan. Versi lain menyebutkan, hanya gamelan Sari Oneng Parakan Salak yang menjelajah Eropa dan AS.

Sekembalinya ke Indonesia pada awal abad ke-20, Gamelan Sari Oneng tetap digunakan dalam berbagai acara priayi dan pembesar Belanda.

“Sari Oneng sang Gamelan Replika Surga” sempat terancam eksistensinya saat  Jepang datang ke Indonesia tahun 1942, keterbatasan bahan pembuatan senjata untuk perang dijadikan alasannya, Jepang menginstruksikan melebur semua bahan logam termasuk gamelan.

Gamelan Replika Surga Sari Oneng !!

Beruntung terselamatkan, Kini !! Gamelan dari Replika Surga itu tenang di museum Geusan Ulun SUMEDANG.

Sumber: Kompas
Kutipan tidak langsung :
Gunawan Soeriadanoeningrat, Pengurus Museum Geusan Ulun, Sumedang
Kuswandi Md, Pengamat budaya tani tradisional dan teh Parahyangan
Karel van der Hutch, ”De Gamelans van Parakan Salak”
Marieke Bloembergen, Colonial Spectacles The Netherlands and The Dutch East Indies at the World Exhibitions 1880-1931.
Nina Herlina Lubis, Guru Besar Sejarah Universitas Padjadjaran.

Penulis : Irwan Setiawan

image_pdfimage_print

Redaksi : redaksi@infokowasi.com


Marketing : marketing@infokowasi.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here